– Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebut kebocoran data tidak hanya dilakukan dari pihak luar. Pihak dalam terjata bisa menjadi pelaku pembobolan data.
Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Anton Setiyawan mengatakan menurut survei, 43 persen kebocoran data justru dilakukan dari pihak dalam.
“Kita selalu bicara pihak luar. Padahal, pihak dalam juga punya peran. 43 persen dari survei, kebocoran dilakukan dari pihak dalam,” kata Anton dalam Kegiatan Edukasi dan Literasi Keamanan Informasi Sektor Media yang disiarkan secara daring, dikutip
dari YouTube BSSN, Selasa (14/12/2021).
Menurutnya, bicara keamanan siber tidak sekadar mengamankan komputer. Namun, juga mengamankan masyarakat.
“Ada ancaman teknis, ada ancaman sosial. Suatu berita tidak tepat bisa jadi ancaman bagi masyarakat. Ancaman ruang siber yang harus diperhatikan lebih baik, banyak negara lain dapat dampak besar akibat itu,” ujarnya.
Anton menyebut banyak mitos yang beredar dalam keamanan siber. Seperti pemberlakuan yang sama pada aset data. Padahal, aset harus dikenali mana yang berharga dan dilindungi.Kemudian, belanja dalam skala besar dan berbiaya mahal tidak serta merta meningkatkan keamanan. Harus ada tata kelola dan policy yang dilakukan untuk meningkatkan keamanan data.“Teknologi makin maju harusnya makin scure. Tapi ternyata nggak juga. Banyak juga yang bolong-bolong,” ujarnya. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_258400" align="alignleft" width="1280"]

Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Anton Setiyawan. (YouTube/BSSN)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebut kebocoran data tidak hanya dilakukan dari pihak luar. Pihak dalam terjata bisa menjadi pelaku pembobolan data.
Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Anton Setiyawan mengatakan menurut survei, 43 persen kebocoran data justru dilakukan dari pihak dalam.
“Kita selalu bicara pihak luar. Padahal, pihak dalam juga punya peran. 43 persen dari survei, kebocoran dilakukan dari pihak dalam,” kata Anton dalam Kegiatan Edukasi dan Literasi Keamanan Informasi Sektor Media yang disiarkan secara daring, dikutip
MURIANEWS dari YouTube BSSN, Selasa (14/12/2021).
Menurutnya, bicara keamanan siber tidak sekadar mengamankan komputer. Namun, juga mengamankan masyarakat.
“Ada ancaman teknis, ada ancaman sosial. Suatu berita tidak tepat bisa jadi ancaman bagi masyarakat. Ancaman ruang siber yang harus diperhatikan lebih baik, banyak negara lain dapat dampak besar akibat itu,” ujarnya.
Baca juga: BSSN: 79.439 Akun Alami Kebocoran Data
Anton menyebut banyak mitos yang beredar dalam keamanan siber. Seperti pemberlakuan yang sama pada aset data. Padahal, aset harus dikenali mana yang berharga dan dilindungi.
Kemudian, belanja dalam skala besar dan berbiaya mahal tidak serta merta meningkatkan keamanan. Harus ada tata kelola dan policy yang dilakukan untuk meningkatkan keamanan data.
“Teknologi makin maju harusnya makin scure. Tapi ternyata nggak juga. Banyak juga yang bolong-bolong,” ujarnya.
Penulis: Zulkifli Fahmi
Editor: Zulkifli Fahmi