BSSN: Butuh Komitmen Bersama Atasi Kejahatan Siber
Zulkifli Fahmi
Selasa, 14 Desember 2021 14:15:36
MURIANEWS, Jakarta – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengajak semua pihak untuk berkomitmen bersama mengatasi kejahatan siber. Itu dikatakan Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Anton Setiyawan.
Dalam Kegiatan Edukasi dan Literasi Keamanan Informasi Sektor Media yang disiarkan secara daring, Selasa (14/12/2021), Anton mengungkapkan peringkat Indonesia dalam Global Cybersecurity Index (GCI) ITU.
Pada 2016 Indonesia berada diperingkat 70 dari 164 negara, kemudian meningkat diperingkat 41 dari 175 negara pada 2018. Di 2020, Indonesia ada diperingkat 24 dari 194 negara.
“Kemudian muncul pertanyaan, kenapa sudah dilevel sekian, tapi insiden masih banyak. Ini menunjukan komitmen pemerintah harus dibarengi usaha bersama,” katanya dikutip
MURIANEWS dari kanal YouTube BSSN.
Baca juga: BSSN: 79.439 Akun Alami Kebocoran Data“BSSN membuat aturan tapi tidak ada yang menjalankan ya nggak jalan juga. Komitmen pemerintah dipenuhi tapi ekosistemnya tidak memberikan peningkatan signifikan,” tambahnya.
Menurutnya, strategi siber nasional kata kunci yang pertama adalah kolaborasi. Karena, lanjutnya, kalau tidak, semua berantakan.
Menurutnya, strategi siber nasional kata kunci yang pertama adalah kolaborasi. Karena, lanjutnya, kalau tidak, semua berantakan.Anton Setiyawan kemudian menjelaskan menjaga kedaulatan dan kepentingan bangsa di ruang siber. Ia pun memaparkan strategi nasional, yakni regulasi, tata kelola, kesiapsiagaan, industri keamanan siiber, diplomasi siber, dan budaya keamanan siber.“Budaya keamanan siber, media memegang peran paling utama untuk membangun itu,” ujarnya.Kemudian, prinsip dalam menyukseskan strategi nasional itu diperlukan kolaborasi, keberpihakan, dan adaptif.“Indistri kita sudah mulai tumbuh, tapi untuk menggantikan yang kita pakai, seperti videocall, itu butuh keberpihakan. Kalau membandingkan produk kita dengan yang eksis gapnya (jaraknya) sangat jauh. Dari segi, ketersediaannya, qualiti of servis tapi kalau tidak berpihak nggak akan berkembang,” imbuhnya. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_258339" align="alignleft" width="1280"]

Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Anton Setiyawan. (YouTube/BSSN)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengajak semua pihak untuk berkomitmen bersama mengatasi kejahatan siber. Itu dikatakan Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Anton Setiyawan.
Dalam Kegiatan Edukasi dan Literasi Keamanan Informasi Sektor Media yang disiarkan secara daring, Selasa (14/12/2021), Anton mengungkapkan peringkat Indonesia dalam Global Cybersecurity Index (GCI) ITU.
Pada 2016 Indonesia berada diperingkat 70 dari 164 negara, kemudian meningkat diperingkat 41 dari 175 negara pada 2018. Di 2020, Indonesia ada diperingkat 24 dari 194 negara.
“Kemudian muncul pertanyaan, kenapa sudah dilevel sekian, tapi insiden masih banyak. Ini menunjukan komitmen pemerintah harus dibarengi usaha bersama,” katanya dikutip
MURIANEWS dari kanal YouTube BSSN.
Baca juga: BSSN: 79.439 Akun Alami Kebocoran Data
“BSSN membuat aturan tapi tidak ada yang menjalankan ya nggak jalan juga. Komitmen pemerintah dipenuhi tapi ekosistemnya tidak memberikan peningkatan signifikan,” tambahnya.
Menurutnya, strategi siber nasional kata kunci yang pertama adalah kolaborasi. Karena, lanjutnya, kalau tidak, semua berantakan.
Anton Setiyawan kemudian menjelaskan menjaga kedaulatan dan kepentingan bangsa di ruang siber. Ia pun memaparkan strategi nasional, yakni regulasi, tata kelola, kesiapsiagaan, industri keamanan siiber, diplomasi siber, dan budaya keamanan siber.
“Budaya keamanan siber, media memegang peran paling utama untuk membangun itu,” ujarnya.
Kemudian, prinsip dalam menyukseskan strategi nasional itu diperlukan kolaborasi, keberpihakan, dan adaptif.
“Indistri kita sudah mulai tumbuh, tapi untuk menggantikan yang kita pakai, seperti videocall, itu butuh keberpihakan. Kalau membandingkan produk kita dengan yang eksis gapnya (jaraknya) sangat jauh. Dari segi, ketersediaannya, qualiti of servis tapi kalau tidak berpihak nggak akan berkembang,” imbuhnya.
Penulis: Zulkifli Fahmi
Editor: Zulkifli Fahmi