Ini Penyebab Keamanan Data Mudah Dibobol
Zulkifli Fahmi
Selasa, 14 Desember 2021 13:01:52
MURIANEWS, Jakarta – Penyebab keamanan data mudah dibobol diungkap dalam Kegiatan Edukasi dan Literasi Keamanan Informasi Sektor Media yang disiarkan secara daring, Selasa (14/12/2021).
Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Anton Setiyawan mengatakan rendahnya literasi budaya di masyarakat menjadi penyebab mudahnya serangan siber.
“Password yang dipakai orang yang disitu-situ aja. Jadi, bukan karena penjahatnya yang canggih, tapi karena budaya kita yang masih rendah,” katanya, dikutip
MURIANEWS dari kanal YouTube BSSN, Senin (14/12/2021).
Baca juga: BSSN: 79.439 Akun Alami Kebocoran DataIa menjelaskan, transformasi digital dan globalisasi yang lebih mengutamakan kecepatan daripada keamanan yang menjadi penyebab banyaknya kasus serangan siber.
Selain itu, fakta yang dihadapi juga bagaimana kolaborasi multi-stakeholder dibangun memengaruhi kerentanan serangan siber. Menurutnya, jika makin berkompromi makan pencegahan serangan siber bisa dilakukan.
Kemudian, kapabilitas SDM, dominasi teknologi asing dan literasi budaya di masyarakat yang masih rendah memengaruhi kerentanan serangan siber.
“Gap kapabilitas SDM di asia pasifik sangat jauh. Selain itu, banyaknya platform yang masih menggunakan asing, data kita akhirnya diambil. dan literasi yang rendah, ketika itu rendah, responnya tidak tepat,” katanya.Dengan lima faktor tersebut masih terjadi, maka tantangannya adalah kejahatannya semakin tinggi. Sebab, modal yang dikeluarkan penjahat siber sedikit, tapi hasilnya banyak.“Contoh kasus scammer hanya bermodalkan 20 juta SMS phising, direspon 30 ribu tapi kerugiannya 875 miliar. penggunaan teknologi mudah, cost kecil tapi dampaknya makin tinggi,” jelasnya.Menurutnya, budaya mengamankan data bisa dilihat dari perilaku masyarakat dalam memperlakukannya. Sebagaimana diungkapkan Presiden Jokowi, data adalah jenis kekayaan baru bangsa kita, kini data lebih berharga dari minyak.“Ibaratnya, mobil itu berharga bagi kita. Kita beri garai, kasih alarm. Data kita penting, tapi kalau dia tidak lakukan apa-apa terhadap data tersebut atau perlakuan kurang, kita tidak menganggap data itu pentingnya kita harus koreksi ke dalam,” ujarnya. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_258355" align="alignleft" width="1280"]

Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Anton Setiyawan. (YouTube/BSSN)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta – Penyebab keamanan data mudah dibobol diungkap dalam Kegiatan Edukasi dan Literasi Keamanan Informasi Sektor Media yang disiarkan secara daring, Selasa (14/12/2021).
Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Anton Setiyawan mengatakan rendahnya literasi budaya di masyarakat menjadi penyebab mudahnya serangan siber.
“Password yang dipakai orang yang disitu-situ aja. Jadi, bukan karena penjahatnya yang canggih, tapi karena budaya kita yang masih rendah,” katanya, dikutip
MURIANEWS dari kanal YouTube BSSN, Senin (14/12/2021).
Baca juga: BSSN: 79.439 Akun Alami Kebocoran Data
Ia menjelaskan, transformasi digital dan globalisasi yang lebih mengutamakan kecepatan daripada keamanan yang menjadi penyebab banyaknya kasus serangan siber.
Selain itu, fakta yang dihadapi juga bagaimana kolaborasi multi-stakeholder dibangun memengaruhi kerentanan serangan siber. Menurutnya, jika makin berkompromi makan pencegahan serangan siber bisa dilakukan.
Kemudian, kapabilitas SDM, dominasi teknologi asing dan literasi budaya di masyarakat yang masih rendah memengaruhi kerentanan serangan siber.
“Gap kapabilitas SDM di asia pasifik sangat jauh. Selain itu, banyaknya platform yang masih menggunakan asing, data kita akhirnya diambil. dan literasi yang rendah, ketika itu rendah, responnya tidak tepat,” katanya.
Dengan lima faktor tersebut masih terjadi, maka tantangannya adalah kejahatannya semakin tinggi. Sebab, modal yang dikeluarkan penjahat siber sedikit, tapi hasilnya banyak.
“Contoh kasus scammer hanya bermodalkan 20 juta SMS phising, direspon 30 ribu tapi kerugiannya 875 miliar. penggunaan teknologi mudah, cost kecil tapi dampaknya makin tinggi,” jelasnya.
Menurutnya, budaya mengamankan data bisa dilihat dari perilaku masyarakat dalam memperlakukannya. Sebagaimana diungkapkan Presiden Jokowi, data adalah jenis kekayaan baru bangsa kita, kini data lebih berharga dari minyak.
“Ibaratnya, mobil itu berharga bagi kita. Kita beri garai, kasih alarm. Data kita penting, tapi kalau dia tidak lakukan apa-apa terhadap data tersebut atau perlakuan kurang, kita tidak menganggap data itu pentingnya kita harus koreksi ke dalam,” ujarnya.
Penulis: Zulkifli Fahmi
Editor: Zulkifli Fahmi