Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Jakarta – PT Biotis Pharmaceutical Indonesia menjadi perusahaan swasta pertama yang dilibatkan pemerintah dalam memproduksi vaksin Covid-19 Merah-Putih. Itu diungkapkan langsung Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Penny K Lukito.

“Setiap produk Vaksin Merah-Putih adalah kerja sama antara pengembangnya, tim peneliti dan industri farmas yang menjadi mitra dalam pengembangan dan memproduksinya. PT Biosis yang akan melaksanakan pengembangan dan produksi dari Vaksin Merah-Putih,” kata Penny K Lukito dalam konferensi pers penyerahan sertifikat pemenuhan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) kepada PT Biotis Pharmaceutical Indonesia untuk percepatan persiapan fasilitas produksi Vaksin Merah Putih yang disiarkan secara virtual, Rabu (18/8/2021).

Penny menyebut, kerja sama itu merupakan tahapan penting dalam merespon dan mencapai herd immunity dalam memenuhi vaksin secara mandiri. Itu juga sesuai dengan Inpres No 6/2016 tentang percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan.

“Pengadaan dan pembelian vaksin saat ini masih bergantung pada produksi luar negeri. Kerena ini merupakan penyakit baru dan vaksin baru. Kemerdekaan adalah Kemandirian yang merupakan cita-cita bangsa dan telah dituangkan dalam inpres 6/2016 percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan,” katanya.

Penny mengatakan kerja sama itu merupakan salah satu kebijakan sejarah yang perlu dibanggakan sebagai inspirasi agar ke depan kapasitas industri farmasi Indonesia menjadi semakin besar.

Diketahui, PT Biotis Pharmaceutical Indonesia telah memiliki persiapan sarana prasarana laboratorium pengembangan untuk produksi Vaksin Merah Putih berplatform inactivated virus dari peneliti Universitas Airlangga (Unair).

Perusahaan ini berdomisili di Bogor, Jawa Barat, telah memperoleh sertifikat CPOB untuk percepatan persiapan fasilitas produksi Vaksin Merah Putih.

Selain PT Biotis dari sektor industri farmasi swasta, kata Penny, produsen vaksin COVID-19 di Indonesia adalah PT Bio Farma yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Vaksin Merah Putih merupakan karya peneliti Indonesia yang sedang dikembangkan mulai dari proses formulasi, produksi hingga pengisian vaksin dilakukan di Indonesia,” kata Penny.

Dia menjelaskan, sebelumnya ada enam kandidat kandidat Vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan di Tanah Air. Namun, Vaksin Merah Putih karya Universitas Airlangga menjadi yang terdepan dalam proses pengembangan.

“Vaksin ini telah melalui beberapa tahapan, uji praklinik tahap pertama transgenik dan saat ini sedang dalam tahap kedua uji klinik pada hewan makaka. Tahapan uji klinik ini proses pengembangannya telah dilakukan bersama PT Biotis,” katanya.
“Vaksin ini telah melalui beberapa tahapan, uji praklinik tahap pertama transgenik dan saat ini sedang dalam tahap kedua uji klinik pada hewan makaka. Tahapan uji klinik ini proses pengembangannya telah dilakukan bersama PT Biotis,” katanya.Ia mengatakan BPOM juga akan mengawal regulasi pelaksanaan uji klinik Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga pada manusia sesuai dengan kaidah internasional dan nasional dalam waktu dekat sebelum diberikan izin edar darurat (EUA).“Harapannya EUA Vaksin Merah Putih produksi Biotis bersama Universitas Airlangga ini sekitar semeter pertama tahun 2022,” katanya.Sementara itu, sebanyak lima kandidat Vaksin Merah Putih di Indonesia selain yang dikembangkan peneliti Universitas Airlangga di antaranya karya peneliti Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman berplatform subunit protein rekombinan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berlatform rekombinan, Institut Teknologi Bandung (ITB) beplatform subunit protein rekombinan dan adenovirus vector.Peneliti lainnya yang juga mengembangkan Vaksin Merah Putih berasal dari Universitas Indonesia (UI) berplatform DNA, mRNA, dan virus like particles serta peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan vaksin berlatform subunit protein rekombinan.Ketua Tim Peneliti Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Fedik Abdul Rantam mengatakan, saat ini pihaknya sudah melakukan uji preklinik ke dua dan masih dalam pemantauan.“Beberapa respon imun, fisik dan fisiologi ini menunjukan tren yang lebih baik. Ini artinya, dosis yang diberikan berfungsi dan mudah-mudahan sesuai dari masyarakat sesuai sehingga memberikan antibody yang baik,” katanya.Fedik Abdul Rantam mengatakan pengembangan Vaksin Merah-Putih membutuhkan biaya sangat besar serta perlu sarana dan prasarana yang terstandar nasional maupun internasional. Unair tidak akan berhenti di sini, dan terus memantau kejadian di lapangan.Maka dari itu, Unair juga sudah menyiapkan redesain. Ini penting dalam pengembangan vaksin. Karena pasti ada redesain sesuai dengan keadaan di lapangan,” ujarnya. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler