Bawaslu Sebut Hoaks di Medsos Berpotensi Menggema Saat Pemilu 2024
Murianews
Rabu, 22 Februari 2023 07:57:20
Rahmat mengatakan, berkaca pada pemilu 2019 lalu, informasi hoaks tidak bisa sepenuhnya dibendung. Bahkan berbagai isu dimainkan untuk memperkeruh suasana saat pelaksanaan pemilu.
”Kita berkaca pada kerawanan tahun 2019 lalu, kita lihat banyaknya permasalahan politisasi SARA dan politisasi identitas, ini akan nyambung dalam media sosial dan ini berkesinambungan," ungkap Rahmat mengutip Antara, Rabu (22/2/2023).
Menurut dia, politisasi isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) serta politik identitas untuk mendapatkan simpati dari masyarakat saat Pemilu masih sangat berpeluang bila tidak dibendung.
”Oleh sebab itu, kita akan menemukan hal yang kemungkinan sama terjadi pada Pemilu tahun 2024. Itu masih ada dan kemungkinan masih tinggi” ucapnya.
Pria belatar belakang Dosen Universitas Al Azhar Indonesia ini menyatakan untuk mengantisipasi Politisasi SARA, pihaknya akan bekerja sama dengan tokoh agama dari MUI, PGI, Walubi, dan lainnya untuk menurunkan tensi dan juga politisasi SARA di tempat-tempat ibadah.
Karena itu, saat ini pihaknya tengah mencari rumusan untuk menghalau beredarnya hoaks di medsos saat pemilu.”Ini proses. Kita lagi mencari rumusan yang apa yang diharuskan dan apa yang dilarang dalam media sosial. Kita akan kerja sama dengan teman-teman Kominfo,” paparnya. Penulis: Cholis AnwarEditor: Cholis AnwarSumber: Antara
Murianews, Jakarta – Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Rahmad Bagja menilai jika informasi hoaks masih akan berseliweran di media sosial (Medsos) mendekati pemilu 2024 mendatang. Bahkan intensitasnya diperkirakan akan semakin tinggi pada saat pelaksanaan pemungutan suara.
Rahmat mengatakan, berkaca pada pemilu 2019 lalu, informasi hoaks tidak bisa sepenuhnya dibendung. Bahkan berbagai isu dimainkan untuk memperkeruh suasana saat pelaksanaan pemilu.
”Kita berkaca pada kerawanan tahun 2019 lalu, kita lihat banyaknya permasalahan politisasi SARA dan politisasi identitas, ini akan nyambung dalam media sosial dan ini berkesinambungan," ungkap Rahmat mengutip Antara, Rabu (22/2/2023).
Menurut dia, politisasi isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) serta politik identitas untuk mendapatkan simpati dari masyarakat saat Pemilu masih sangat berpeluang bila tidak dibendung.
”Oleh sebab itu, kita akan menemukan hal yang kemungkinan sama terjadi pada Pemilu tahun 2024. Itu masih ada dan kemungkinan masih tinggi” ucapnya.
Pria belatar belakang Dosen Universitas Al Azhar Indonesia ini menyatakan untuk mengantisipasi Politisasi SARA, pihaknya akan bekerja sama dengan tokoh agama dari MUI, PGI, Walubi, dan lainnya untuk menurunkan tensi dan juga politisasi SARA di tempat-tempat ibadah.
Karena itu, saat ini pihaknya tengah mencari rumusan untuk menghalau beredarnya hoaks di medsos saat pemilu.
”Ini proses. Kita lagi mencari rumusan yang apa yang diharuskan dan apa yang dilarang dalam media sosial. Kita akan kerja sama dengan teman-teman Kominfo,” paparnya.
Penulis: Cholis Anwar
Editor: Cholis Anwar
Sumber: Antara