– Kementerian Perdagangan (kemendag) menyubsidi kedelai sebesar Rp 1.000 per kilogram. Subsidi ini untuk menekan gejolak harga kedelai yang saat ini tengah melambung tinggi.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri pada Kemendag Syaliendra mengatakan, subsidi Rp 1.000 per kilogram itu dikhususkan untuk produsen tahu dan tempe. Sementara untuk konsumsi umum, harga masih tetap sama.
”Jadi kalau dikasih selisih harga Rp 1.000, sama saja harganya jadi Rp 11 ribu,” katanya, dikutip dari
, Jumat (7/10/2022).
Syaliendra menuturkan Kemendag telah melayangkan surat kepada Kementerian BUMN agar segera menugaskan Bulog menyalurkan subsidi tersebut. Surat tersebut telah diberikan pada 28 September lalu. Setelah itu, Kementerian BUMN telah membuat surat penugasannya pada Bulog enam hari kemudian atau pada 4 Oktober 2022.
Menurutnya, kenaikan harga ini tidak akan membuat importir menahan stok selama berbulan-bulan. Sebab, komoditas tersebut tidak tahan lama untuk disimpan di gudang.
Meski harganya naik, dia mengklaim stok kedelai stabil. Stok kedelai per 6 Oktober 2022 masih tersedia 400 ribu ton. Angka tersebut lebih besar 50 persen dari rata-rata kebutuhan kedelai nasional, yaitu 200 ribu ton per bulan. Penulis: Cholis AnwarEditor: Cholis AnwarSumber: Tempo.co
[caption id="attachment_320350" align="alignleft" width="880"]

Kedelai untuk bahan baku tahu. (Murianews/Anggara Jiwandhana)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta – Kementerian Perdagangan (kemendag) menyubsidi kedelai sebesar Rp 1.000 per kilogram. Subsidi ini untuk menekan gejolak harga kedelai yang saat ini tengah melambung tinggi.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri pada Kemendag Syaliendra mengatakan, subsidi Rp 1.000 per kilogram itu dikhususkan untuk produsen tahu dan tempe. Sementara untuk konsumsi umum, harga masih tetap sama.
”Jadi kalau dikasih selisih harga Rp 1.000, sama saja harganya jadi Rp 11 ribu,” katanya, dikutip dari
Tempo.co, Jumat (7/10/2022).
Baca: Pasokan Kedelai di Kudus Diklaim Normal, Hanya Harganya Mahal
Syaliendra menuturkan Kemendag telah melayangkan surat kepada Kementerian BUMN agar segera menugaskan Bulog menyalurkan subsidi tersebut. Surat tersebut telah diberikan pada 28 September lalu. Setelah itu, Kementerian BUMN telah membuat surat penugasannya pada Bulog enam hari kemudian atau pada 4 Oktober 2022.
Menurutnya, kenaikan harga ini tidak akan membuat importir menahan stok selama berbulan-bulan. Sebab, komoditas tersebut tidak tahan lama untuk disimpan di gudang.
Baca: Permintaan Kedelai di Kudus Turun Akibat Kenaikan Harga BBM
Meski harganya naik, dia mengklaim stok kedelai stabil. Stok kedelai per 6 Oktober 2022 masih tersedia 400 ribu ton. Angka tersebut lebih besar 50 persen dari rata-rata kebutuhan kedelai nasional, yaitu 200 ribu ton per bulan.
Penulis: Cholis Anwar
Editor: Cholis Anwar
Sumber: Tempo.co