Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Jakarta – Polemik terkait melambungnya harga tarif untuk nadik di Stupa candi Borobudur belum selesai. Pemerintah berencana akan mengenakan tarif sebesar Rp 750 ribu untuk wisatawan lokal.

Terkait hal itu, Koordinator Publikasi Dewan Pimpinan Pusat Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Rusli Tan pun mengaku resah. Pihaknya berharap agar masalah kenaikan itu bisa disikapi secara bijak dan tidak memberatkan masyarakat.

Rusli memngatakan, umat Buddha di Indonesia tidak ingin persoalan itu justru membuat masyarakat menjadi segan untuk berkunjung ke Candi Borobudur.

Baca: Fakta Candi Borobudur, Pemerintah Hindia Belanda pernah Mendirikan Warung Kopi di Puncak Stupa

"Jadi kami umat Buddha sangat gelisah sebenarnya. Kami ingin supaya di sana ada ketenangan. Bukan bikin orang galau karena enggak bisa masuk," kata Rusli, dikutip dari Kompas.com, Selasa (7/6/2022).

Di sisi lain, Rusli juga berharap pemerintah lebih bijak dalam mengelola Candi Borobudur. Sebab, situs itu mulanya memang dibangun sebagai tempat untuk beribadah bagi umat Buddha.

"Candi Borobudur itu dibangun zamannya Dinasti Syailendra. Waktu itu adalah bukan untuk pariwisata, waktu itu adalah untuk sembahyang. Kalau kita istilahkan sekarang ini kan klenteng atau vihara. Kalau dulu kan candi," ujar Rusli yang juga merupakan Ketua Umum Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia (LKBI).Baca: Rencana Harga Tiket Candi BorobudurRusli mengaku, umat Buddha terkejut dengan rencana pemerintah untuk menaikkan tarif naik ke stupa Candi Borobudur. Bahkan menurut dia jika gagasan itu diterapkan maka bakal melukai perasaan banyak pihak."Padahal umat Buddha sangat menjunjung tinggi ajaran kasih sayang," ucap Rusli. Penulis: Cholis AnwarEditor: Cholis AnwarSumber: Kompas.com

Baca Juga

Komentar

Terpopuler