Kebijakan Pelonggaran Prokes: Tito Karnavian Minta Pemda Lakukan Survei Serologi Dulu
Murianews
Kamis, 2 Juni 2022 12:35:04
MURIANEWS, Jakarta – Menteri Dalam Negeri (
Mendagri) Tito Karnavian meminta semua kepala daerah untuk melakukan survei serologi sebelum membuat kebijakan untuk pelonggaran penerapan protokol kesehatan terkait Covid-19. Dihawatirkan, apabila kebijakan pelonggaran diterapkan, tetapi tidak ada survei sebelumnya, maka justru kebijakan tersebut akan berdampak buruk.
Selain itu, dengan melakukan survei serologi maka pemerintah daerah memiliki landasan dalam membuat kebijakan pelonggaran protokol kesehatan.
"Tidak mahal kok (melakukan survei), sehingga rekan-rekan mempunyai basis data yang kuat untuk membuat kebijakan, mau melonggarkan, daerah mana yang mau dilonggarkan," ujar Tito, dikutip dari
Kompas.com, Kamis (2/6/2022).
Untuk diketahui, survei serologi adalah survei yang dilakukan untuk melihat jumlah populasi penduduk yang sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS-Cov-2.
Baca: Kemenkes Bakal Longgarkan Prokes Jaga Jarak Saat RamadanTito juga menegaskan bahwa sebelum pemerintah daerah membuat kebijakan terkait pelonggaran protokol kesehatan, pemda juga harus memastikan tingkat realisasi vaksinasi booster di daerahnya sudah cukup tinggi.
"Kelompok masyarakat yang rendah (vaksinasi booster-nya) dihajar mereka," ujar Tito.
Tito menyebutkan, terdapat beberapa daerah yang sudah melakukan survei serologi, seperti di antaranya Bali dan DKI Jakarta. Selain itu, juga ada Kota Batam yang melakukan survei serologi terhadap 452 responden secara acak.
Baca: Banyak Penyesuaian, Pengawasan Prokes Diminta Tidak MelemahHasil survei serologi Kota Batam menunjukkan, sebanyak 97 persen responden reaktif terhadap antibodi. Kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut dan ditemukan sebanyak 84 persen responden telah memiliki titer antibodi."Nah tolong rekan-rekan kalau membuat kebijakan berbasis
science, data, tolong lakukan survei serologi, melibatkan surveyor, laboratorium, epidemiolog, ambil sample random," ujar Tito. Penulis: Cholis AnwarEditor: Cholis AnwarSumber:
Kompas.com
[caption id="attachment_226169" align="alignleft" width="880"]

Tito Karnavian, Menteri Dalam Negeri. (Setkab.go.id)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta – Menteri Dalam Negeri (
Mendagri) Tito Karnavian meminta semua kepala daerah untuk melakukan survei serologi sebelum membuat kebijakan untuk pelonggaran penerapan protokol kesehatan terkait Covid-19. Dihawatirkan, apabila kebijakan pelonggaran diterapkan, tetapi tidak ada survei sebelumnya, maka justru kebijakan tersebut akan berdampak buruk.
Selain itu, dengan melakukan survei serologi maka pemerintah daerah memiliki landasan dalam membuat kebijakan pelonggaran protokol kesehatan.
"Tidak mahal kok (melakukan survei), sehingga rekan-rekan mempunyai basis data yang kuat untuk membuat kebijakan, mau melonggarkan, daerah mana yang mau dilonggarkan," ujar Tito, dikutip dari
Kompas.com, Kamis (2/6/2022).
Untuk diketahui, survei serologi adalah survei yang dilakukan untuk melihat jumlah populasi penduduk yang sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS-Cov-2.
Baca: Kemenkes Bakal Longgarkan Prokes Jaga Jarak Saat Ramadan
Tito juga menegaskan bahwa sebelum pemerintah daerah membuat kebijakan terkait pelonggaran protokol kesehatan, pemda juga harus memastikan tingkat realisasi vaksinasi booster di daerahnya sudah cukup tinggi.
"Kelompok masyarakat yang rendah (vaksinasi booster-nya) dihajar mereka," ujar Tito.
Tito menyebutkan, terdapat beberapa daerah yang sudah melakukan survei serologi, seperti di antaranya Bali dan DKI Jakarta. Selain itu, juga ada Kota Batam yang melakukan survei serologi terhadap 452 responden secara acak.
Baca: Banyak Penyesuaian, Pengawasan Prokes Diminta Tidak Melemah
Hasil survei serologi Kota Batam menunjukkan, sebanyak 97 persen responden reaktif terhadap antibodi. Kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut dan ditemukan sebanyak 84 persen responden telah memiliki titer antibodi.
"Nah tolong rekan-rekan kalau membuat kebijakan berbasis
science, data, tolong lakukan survei serologi, melibatkan surveyor, laboratorium, epidemiolog, ambil sample random," ujar Tito.
Penulis: Cholis Anwar
Editor: Cholis Anwar
Sumber:
Kompas.com