Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Jakarta- Saat ini para petani kelapa sawit tengah meradang. Pasalnya, disaat mereka melakukan panen raya, tetapi mereka bingung untuk menjual sawit tersebut. Sementara buah sawit yang sudah siap mesti dipanen pada waktunya, karena jika tidak dijual, tanda buah segar (TBS) akan busuk.

Sejumlah perusahaan atau Pabrik Kelapa Sawit (PKS) juga membatasi pembelian sawit dari petani lantaran adanya larangan ekspor dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Petani pun bingung hendak dijual kemana komoditas ungglan tersebut.

Kondisi itu dialami petani sawit swadaya, salah satunya di Kabupaten Musi Banyuasin. Mereka merasa was-was jika PKS benar-benar tidak lagi membeli sawit, dengan harga berapa pun.

Baca: Jokowi Stop Eskpor Minyak Sawit, Malaysia Makin Marajai Pasaran CPO

Sekjen Asosiasi Petani Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia Bambang Giyanto mengungkapkan, kebijakan larangan ekspor yang berlaku sejak 28 April 2022 tersebut menghancurkan ekonomi petani sebagai komponen paling hulu dari rantai pasok minyak kelapa sawit. Kebijakan ini ibaratnya siapa yang berulah, tetapi siapa yang harus menanggung.

"Bahasa kami, petani tidak tahu siapa yang makan nangka tetapi sekarang tangan kami penuh getahnya. Petani yang pertama kali terdampak akibat larangan eskpor dari presiden," ungkap Bambang, dikutip dari Merdeka.com, Senin (16/5/2022).

Menurut Bambang, kebijakan itu menghancurkan hidup petani yang mencari nafkah dari kelapa sawit. Kondisi ini semakin menambah beban petani yang sudah tertekan sejak lama, sejak dua atau tiga tahun lalu.

"Kebijakan ini agak kontrakdiktif, kami mengkhawatirkan citra buruk pemerintah justu di hadapan petani sawit. Kami menyayangkan jika itu terjadi," ujarnya.
Baca: Gegara Jokowi, Petani Sawit Riau MenangisDia menambahkan, sebelum Idulfitri lalu petani cukup menikmati hasil petani karena harga sawit di atas Rp3.000 per kilogram. Belum lama menikmati harga tinggi BTS, petani lagi-lagi dicekik dengan harga murah sejak kebijakan pemerintah keluar.Per hari ini, harga TBS di tingkat petani Rp1.200 per kg atau turun Rp200 dari pekan lalu. Harga itu tercatat paling rendah selama periode Januari 2022.Harga yang murah itu membuat petani hanya mampu mengembalikan modal pokok. Betapa tidak, biaya produksi 1 kg TBS memerlukan biaya Rp1.200-Rp1.300. Beban petani ditambah mahalnya harga pupuk. Lengkap sudah penderitaan petani sawit, harga TBS murah dan pupuk mahal."Jelas kami sangat rugi, sekarang saja modal pokok saja tidak mencukupi apalagi untuk makan sehari-hari," gerangnya. Penulis: Cholis AnwarEditor: Cholis AnwarSumber: Merdeka.com

Baca Juga

Komentar

Terpopuler