Ini Penjelasan Kenapa Lebaran Bisa Bersamaan Padahal Awal Puasanya Berbeda
Murianews
Minggu, 1 Mei 2022 12:32:14
[caption id="attachment_281852" align="alignleft" width="880"]

Pengamatan hilal di Pantai Kartini Jepara. (MURIANEWS/Faqih Mansur Hidayat)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta- Banyak warga yang masih bingung terkait penentuan awal Puasa dan awal
Lebaran. Apalagi, tahun ini antara Muhammadiyah Pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) mempunyai perbedaan pada saat penentuan awal Ramadan. Tetapi untuk awal Syawal atau Lebaran berpotensi bersamaan.
Muhammadiyah terelebih dahulu menentukan awal lebaran, yakni pada Senin (2/5/2022) besok. Sementara pemerintah dan masih menunggu hasil dari teropong hilal petang nanti.
Namun, Kementerian Agama (
Kemenag) telah telah memberikan sinyal bahwa Lebaran 2022 kemungkinan jatuh, Senin (2/5/2022), meski sidang isbat baru digelar Minggu (1/5/2022) petang.
Kemungkinan itu terjadi, karena secara hisab posisi hilal di Indonesia pada 1 Mei 2022 sudah memenuhi kriteria masuk bulan Syawal apabila mengacu pada ketetapan baru
MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) dalam menentukan awal bulan penanggalan Hijriah.
Kriteria baru
MABIMS ini menetapkan, secara astronomis, hilal dapat teramati jika Bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat.
Baca:
Mau Liburan Saat Lebaran? Semua Tempat Wisata di Jepara Dibuka LhoTerkait dengan keputusan Kemenag dalam menentukan awal Ramadhan dan Syawal 1443 H, semua mengacu pada kriteria ketinggian Bulan yang ditetapkan oleh
MABIMS.
Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag Kamarudin Amin menjelaskan, pada 2 April 2022, posisi hilal teramati masih lebih rendah dari batas minimal yang ada, sehingga awal Ramadhan jatuh pada 3 April 2022."Perbedaan terjadi karena posisi hilal saat dilakukan rukyat yang berbeda. Saat penentuan awal Ramadhan posisi hilal masih di bawah kriteria
MABIMS, sehingga pemerintah memutuskan puasa di hari berikutnya," jelasnya.Sementara untuk hari Lebaran atau 1 Syawal 1443 H dimungkinkan akan jatuh di 2 Mei 2022 lantaran posisi hilal di 1 Mei 2022 telah memasuki ketinggian sesuai dengan kriteria MABIMS.Guru Besar Peradaban Islam UIN Raden Mas Said Surakarta Syamsul Bakri memberikan tanggapan mengenai perbedaan tersebut.Dia mengatakan, hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar selama tidak kurang dari 29 hari atau lebih dari 30 hari."Jumlah hari di bulan Hijriah sudah tetap 29 atau 30. Hanya berbeda soal menentukan apakah malam ini sudah masuk bulan baru atau belum," terangnya.Penulis: Cholis AnwarEditor: Cholis AnwarSumber:
Kompas.com
[caption id="attachment_281852" align="alignleft" width="880"]

Pengamatan hilal di Pantai Kartini Jepara. (MURIANEWS/Faqih Mansur Hidayat)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta- Banyak warga yang masih bingung terkait penentuan awal Puasa dan awal
Lebaran. Apalagi, tahun ini antara Muhammadiyah Pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) mempunyai perbedaan pada saat penentuan awal Ramadan. Tetapi untuk awal Syawal atau Lebaran berpotensi bersamaan.
Muhammadiyah terelebih dahulu menentukan awal lebaran, yakni pada Senin (2/5/2022) besok. Sementara pemerintah dan masih menunggu hasil dari teropong hilal petang nanti.
Namun, Kementerian Agama (
Kemenag) telah telah memberikan sinyal bahwa Lebaran 2022 kemungkinan jatuh, Senin (2/5/2022), meski sidang isbat baru digelar Minggu (1/5/2022) petang.
Kemungkinan itu terjadi, karena secara hisab posisi hilal di Indonesia pada 1 Mei 2022 sudah memenuhi kriteria masuk bulan Syawal apabila mengacu pada ketetapan baru
MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) dalam menentukan awal bulan penanggalan Hijriah.
Kriteria baru
MABIMS ini menetapkan, secara astronomis, hilal dapat teramati jika Bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat.
Baca:
Mau Liburan Saat Lebaran? Semua Tempat Wisata di Jepara Dibuka Lho
Terkait dengan keputusan Kemenag dalam menentukan awal Ramadhan dan Syawal 1443 H, semua mengacu pada kriteria ketinggian Bulan yang ditetapkan oleh
MABIMS.
Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag Kamarudin Amin menjelaskan, pada 2 April 2022, posisi hilal teramati masih lebih rendah dari batas minimal yang ada, sehingga awal Ramadhan jatuh pada 3 April 2022.
"Perbedaan terjadi karena posisi hilal saat dilakukan rukyat yang berbeda. Saat penentuan awal Ramadhan posisi hilal masih di bawah kriteria
MABIMS, sehingga pemerintah memutuskan puasa di hari berikutnya," jelasnya.
Sementara untuk hari Lebaran atau 1 Syawal 1443 H dimungkinkan akan jatuh di 2 Mei 2022 lantaran posisi hilal di 1 Mei 2022 telah memasuki ketinggian sesuai dengan kriteria MABIMS.
Guru Besar Peradaban Islam UIN Raden Mas Said Surakarta Syamsul Bakri memberikan tanggapan mengenai perbedaan tersebut.
Dia mengatakan, hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar selama tidak kurang dari 29 hari atau lebih dari 30 hari.
"Jumlah hari di bulan Hijriah sudah tetap 29 atau 30. Hanya berbeda soal menentukan apakah malam ini sudah masuk bulan baru atau belum," terangnya.
Penulis: Cholis Anwar
Editor: Cholis Anwar
Sumber:
Kompas.com