Mendag Ungkap Penyebab Naiknya Harga Kedelai, Salah Satunya Mengejutkan
Murianews
Sabtu, 19 Februari 2022 08:29:58
MURIANEWS, Jakarta- Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkap beberapa permasalahan yang menjadi penyebab naiknya
harga kedelai impor. Hal itu bukan karena masalah importir yang macet, melainkan factor dari negara importir.
Lutfi mengatakan, penyebab terbesar pertama adalah karena dampak dari cuaca buruk el Nina di Kawasan Amerika Selatan. Karena dampak itu, produksi kedelai di negara importir menjadi berkurang.
"Jadi permasalahan kedelai di Indonesia yang harganya belakangan ini naik karena adanya beberapa permasalahan dan terjadinya El Nina di Argentina," ujar Muhammad Lutfi dilansir dari
Kompas.com, Sabtu (19/2/2022).
Dia menjelaskan, harga kedelai per gantang yang sebelumnya 12 dollar Amerika Serikat (AS) naik menjadi 18 dollar AS per gantang. Karena itu, kedelai sampai ke Indonesia harganya pun menjadi naik.
Baca: Harga Kedelai Melambung, Tahu dan Tempe di Boyolali MengecilPenyebab lainnya adalah karena banyaknya babi di China yang saat ini memakan kedelai. Dia menyatakan jika baru-baru ini, di negeri tirai bambu Cina ada lima miliar babi baru yang semuanya itu pakannya adalah kedelai.
"Di Cina itu, awalnya peternakan babi di sana tidak makan kedelai, tapi sekarang makan kedelai. Apalagi baru-baru ini ada lima miliar babi di peternakan Cina itu makan kedelai," katanya.
Lutfi menerangkan jika saat ini pihaknya sementara menyiapkan mitigasi dari melambungnya harga kedelai secara nasional.
Baca: Imbas Harga Kedelai Naik, Produsen Tahu Tempe Berencana Naikkan Harga Jual"Sekarang ini kami sedang menyiapkan mitigasinya dan kesempatan pertama minggu depan akan kami umumkan kebijakannya seperti apa," terangnya.Ia juga menyampaikan kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton, sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya. Untuk menutupi kebutuhan nasional akan kedelai itu, pihaknya kemudian melakukan impor dari beberapa negara seperti negara dari kawasan Amerika Selatan tersebut. Penulis: Cholis AnwarEditor: Cholis AnwarSumber:
Kompas.com
[caption id="attachment_209339" align="alignleft" width="880"]

Petani Grobogan saat panen kedelai beberapa waktu lalu. (MURIANEWS/Dani Agus)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta- Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkap beberapa permasalahan yang menjadi penyebab naiknya
harga kedelai impor. Hal itu bukan karena masalah importir yang macet, melainkan factor dari negara importir.
Lutfi mengatakan, penyebab terbesar pertama adalah karena dampak dari cuaca buruk el Nina di Kawasan Amerika Selatan. Karena dampak itu, produksi kedelai di negara importir menjadi berkurang.
"Jadi permasalahan kedelai di Indonesia yang harganya belakangan ini naik karena adanya beberapa permasalahan dan terjadinya El Nina di Argentina," ujar Muhammad Lutfi dilansir dari
Kompas.com, Sabtu (19/2/2022).
Dia menjelaskan, harga kedelai per gantang yang sebelumnya 12 dollar Amerika Serikat (AS) naik menjadi 18 dollar AS per gantang. Karena itu, kedelai sampai ke Indonesia harganya pun menjadi naik.
Baca: Harga Kedelai Melambung, Tahu dan Tempe di Boyolali Mengecil
Penyebab lainnya adalah karena banyaknya babi di China yang saat ini memakan kedelai. Dia menyatakan jika baru-baru ini, di negeri tirai bambu Cina ada lima miliar babi baru yang semuanya itu pakannya adalah kedelai.
"Di Cina itu, awalnya peternakan babi di sana tidak makan kedelai, tapi sekarang makan kedelai. Apalagi baru-baru ini ada lima miliar babi di peternakan Cina itu makan kedelai," katanya.
Lutfi menerangkan jika saat ini pihaknya sementara menyiapkan mitigasi dari melambungnya harga kedelai secara nasional.
Baca: Imbas Harga Kedelai Naik, Produsen Tahu Tempe Berencana Naikkan Harga Jual
"Sekarang ini kami sedang menyiapkan mitigasinya dan kesempatan pertama minggu depan akan kami umumkan kebijakannya seperti apa," terangnya.
Ia juga menyampaikan kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton, sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya. Untuk menutupi kebutuhan nasional akan kedelai itu, pihaknya kemudian melakukan impor dari beberapa negara seperti negara dari kawasan Amerika Selatan tersebut.
Penulis: Cholis Anwar
Editor: Cholis Anwar
Sumber:
Kompas.com