NU Buka Wacana Perempuan Jadi Ketum PBNU
Murianews
Jumat, 29 Oktober 2021 15:05:37
MURIANEWS, Jakarta – Nahdlatul Ulama (NU) membuka peluang perempuan untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum (Ketum) PBNU. Secara normatif itu tidak ada larangannya.
Itu diungkapkan Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU), Rumadi Ahmad. Menurutnya, dalam AD/ART NU hasil Muktamar ke-33 tidak ada pasal yang mengurai ketentuan jenis kelamin tertentu untuk jadi ketum PBNU.
“Secara normatif sih tidak ada larangan. Setahu saya tidak ada (aturan persyaratan jenis kelamin tertentu di aturan NU),” katanya mengutip
CNN Indonesia, Jumat (29/10/2021).
Kendati begitu, wacana Ketum PBNU dari kalangan perempuan masih memerlukan waktu yang panjang. Menurutnya, langkah paling realistis saat ini adalah mendorong tokoh-tokoh perempuan untuk duduk di pengurus Harian PBNU.
“Tidak harus Ketua Umum. Kalau itu tercapai, sudah merupakan kemajuan yang sangat baik,” kata dia.
Terpisah, Marsudi Suhud, Ketua PBNU mengatakan wacana perempuan jadi calon Ketum PBNU bergatung pada peserta Muktamar NU atau yang disebut Muktamirin. Dia berkata muktamirin punya hak, misalnya, mengubah AD/ART untuk mengakomodasi perempuan sebagai kandidat Ketum.
Secara pribadi, Marsudi setuju dengan wacana itu di masa depan. Saat ini pun, katanya, PBNU telah mewadahi perempuan berperan di badan otonom PBNU seperti Muslimat, Fatayat, Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama hingga Korpri PMII.“Itu (di struktur PBNU) sekarang juga ada 1 perempuan di Rais Syuriah. Nanti tinggal nambah aja," kata dia.Sebelumnya, Putri Presiden keempat RI (alm) Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid sempat melontarkan pernyataan bahwa setuju dan mendukung bila perempuan nantinya bisa menjadi Ketua Umum PBNU.Meski demikian, Yenny menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ada wacana Ketua NU dari kalangan perempuan. Sebab, di NU sudah ada badan otonom Muslimat NU sebagai wadah perempuan-perempuan NU untuk berorganisasi. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli FahmiSumber:
CNN Indonesia
[caption id="attachment_244741" align="alignleft" width="1280"]

Logo NU (Google)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta – Nahdlatul Ulama (NU) membuka peluang perempuan untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum (Ketum) PBNU. Secara normatif itu tidak ada larangannya.
Itu diungkapkan Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU), Rumadi Ahmad. Menurutnya, dalam AD/ART NU hasil Muktamar ke-33 tidak ada pasal yang mengurai ketentuan jenis kelamin tertentu untuk jadi ketum PBNU.
“Secara normatif sih tidak ada larangan. Setahu saya tidak ada (aturan persyaratan jenis kelamin tertentu di aturan NU),” katanya mengutip
CNN Indonesia, Jumat (29/10/2021).
Kendati begitu, wacana Ketum PBNU dari kalangan perempuan masih memerlukan waktu yang panjang. Menurutnya, langkah paling realistis saat ini adalah mendorong tokoh-tokoh perempuan untuk duduk di pengurus Harian PBNU.
“Tidak harus Ketua Umum. Kalau itu tercapai, sudah merupakan kemajuan yang sangat baik,” kata dia.
Terpisah, Marsudi Suhud, Ketua PBNU mengatakan wacana perempuan jadi calon Ketum PBNU bergatung pada peserta Muktamar NU atau yang disebut Muktamirin. Dia berkata muktamirin punya hak, misalnya, mengubah AD/ART untuk mengakomodasi perempuan sebagai kandidat Ketum.
Secara pribadi, Marsudi setuju dengan wacana itu di masa depan. Saat ini pun, katanya, PBNU telah mewadahi perempuan berperan di badan otonom PBNU seperti Muslimat, Fatayat, Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama hingga Korpri PMII.
“Itu (di struktur PBNU) sekarang juga ada 1 perempuan di Rais Syuriah. Nanti tinggal nambah aja," kata dia.
Sebelumnya, Putri Presiden keempat RI (alm) Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid sempat melontarkan pernyataan bahwa setuju dan mendukung bila perempuan nantinya bisa menjadi Ketua Umum PBNU.
Meski demikian, Yenny menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ada wacana Ketua NU dari kalangan perempuan. Sebab, di NU sudah ada badan otonom Muslimat NU sebagai wadah perempuan-perempuan NU untuk berorganisasi.
Penulis: Zulkifli Fahmi
Editor: Zulkifli Fahmi
Sumber:
CNN Indonesia