Pantas Saja Mantan Pangkostrad Pengen Patung Soeharto Cs di Makostrad Dibongkar, Ternyata Ini Alasannya

Murianews
Selasa, 28 September 2021 15:15:14


[caption id="attachment_242547" align="alignleft" width="1280"]
Diorama patung Soeharto, Sarwo Edhie dan AH Nasution di Makostrad. (Dok. Kostrad)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta – Keberadaan patung Soeharto, Sarwo Edhie dan AH Nasution dibongkar. Tiga patung yang menceritakan saat Soeharto memberikan petunjuk pada Sarwo Edhie untuk menumpas PKI.
Diketahui, pembongkaran itu dilakukan oleh mantan Pangkostrad Letjend TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution. Dia berinisiatif membongkar tiga patung itu karena alasan ketenangan lahir dan batin. Setelah mendapatkan penjelasan dari AY Nasution, Kostrad pun mengizinkan.
Pembuatan patung-patung itu sendiri sebelumnya gagasan dari AY Nasution. Yakni Ketika AY Nasution menjabat sebagai Pangkostrad pada 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.
Pembongkarannya pun tidak asal-asalan. AY Nasution meminta izin terlebih dahulu pada Pangkostrad saat ini, Letjen Dudung Abdurachman. Itu diungkapkan Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana, dikutip dari Detikcom, Selasa (28/9/2021).
“Letnan Jenderal TNI (purn) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan,” sambung Haryanta.
Baca juga: Gatot Kaitkan Pembongkaran Patung Soeharto Cs di Makostrad Gambir dengan Kebangkitan PKI, Kostrad: Itu Fitnah
Munculnya kabar miring jika pembongkaran patung-patung itu dikaitkan dengan kebangkitan PKI dan paham komunis telah menyusup ke tubuh TNI pun dibantah olehnya.
“Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad,” ujarnya.
Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman pun ikut angkat bicara terkait pembongkaran patung itu. Dudung menyebut AY Nasution merasa berdosa karena membuat patung Soeharto dkk.
“Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini. Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan,” tutur Dudung.
Dudung menepis jika pengambilan patung itu disimpulkan TNI melupakan peristiwa G-30S-PKI. Dudung menegaskan pihaknya tak pernah melupakan peristiwa itu.
“Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G-30S-PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu,” kata Dudung.
Sebelumnya diberitakan pembongkaran patung tiga tokoh utama penumpasan PKI di Makostrad itu dikaitkan dengan kebangkitan organisasi terlarang di Indonesia itu. Tuduhan itu dikoarkan, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo.
Pada acara webinar yang berjudul 'TNI Vs PKI' pada Minggu (26/9), Gatot menyebut TNI telah disusupi faham PKI. Salah satu bukti yang dipaparkannya adalah dihilangkannya barang-barang yang berkaitan dengan peristiwa penumpasan komunisme dari Museum Dharma Bhakti, Makostrad, Gambir, Jakarta Pusat.
“Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu, di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G-30S-PKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO,” ungkap Gatot.
Penulis: Zulkifli Fahmi
Editor: Zulkifli Fahmi
Sumber: Detikcom

MURIANEWS, Jakarta – Keberadaan patung Soeharto, Sarwo Edhie dan AH Nasution dibongkar. Tiga patung yang menceritakan saat Soeharto memberikan petunjuk pada Sarwo Edhie untuk menumpas PKI.
Diketahui, pembongkaran itu dilakukan oleh mantan Pangkostrad Letjend TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution. Dia berinisiatif membongkar tiga patung itu karena alasan ketenangan lahir dan batin. Setelah mendapatkan penjelasan dari AY Nasution, Kostrad pun mengizinkan.
Pembuatan patung-patung itu sendiri sebelumnya gagasan dari AY Nasution. Yakni Ketika AY Nasution menjabat sebagai Pangkostrad pada 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.
Pembongkarannya pun tidak asal-asalan. AY Nasution meminta izin terlebih dahulu pada Pangkostrad saat ini, Letjen Dudung Abdurachman. Itu diungkapkan Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana, dikutip dari Detikcom, Selasa (28/9/2021).
“Letnan Jenderal TNI (purn) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan,” sambung Haryanta.
Baca juga: Gatot Kaitkan Pembongkaran Patung Soeharto Cs di Makostrad Gambir dengan Kebangkitan PKI, Kostrad: Itu Fitnah
Munculnya kabar miring jika pembongkaran patung-patung itu dikaitkan dengan kebangkitan PKI dan paham komunis telah menyusup ke tubuh TNI pun dibantah olehnya.
“Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad,” ujarnya.
Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman pun ikut angkat bicara terkait pembongkaran patung itu. Dudung menyebut AY Nasution merasa berdosa karena membuat patung Soeharto dkk.
“Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini. Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan,” tutur Dudung.
Dudung menepis jika pengambilan patung itu disimpulkan TNI melupakan peristiwa G-30S-PKI. Dudung menegaskan pihaknya tak pernah melupakan peristiwa itu.
“Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G-30S-PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu,” kata Dudung.
Sebelumnya diberitakan pembongkaran patung tiga tokoh utama penumpasan PKI di Makostrad itu dikaitkan dengan kebangkitan organisasi terlarang di Indonesia itu. Tuduhan itu dikoarkan, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo.
Pada acara webinar yang berjudul 'TNI Vs PKI' pada Minggu (26/9), Gatot menyebut TNI telah disusupi faham PKI. Salah satu bukti yang dipaparkannya adalah dihilangkannya barang-barang yang berkaitan dengan peristiwa penumpasan komunisme dari Museum Dharma Bhakti, Makostrad, Gambir, Jakarta Pusat.
“Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu, di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G-30S-PKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO,” ungkap Gatot.
Penulis: Zulkifli Fahmi
Editor: Zulkifli Fahmi
Sumber: Detikcom