Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Jakarta – Menteri Sosial Tri Rismaharini keberatan jika anak muda atau warga yang masuk dalam usia produktif turut menerima bantuan sosial tunai (BST).

Menurutnya, Kendati BST merupakan program untuk membantu pekerja yang terkena PHK, bantuan senilai Rp 300 ribu per bulan itu tidak bisa untuk anak usia produktif. Dia pun membandingkan masyarakat penyandang difabel yang masih bisa produktif.

“Kenapa yang muda, terus terang saya tidak setuju (mereka) diberikan bantuan, karena yang disabilitas saja bisa sangat produktif,” kata Risma dalam webinar 'Mengawal Reformasi Sistem Perlindungan Sosial Nasional' dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (12/8).

Dia menilai, pemberian BST pada anak muda yang produktif justru akan menghambat potensi penerus bangsa. Sebab, BST yang hanya sebesar Rp300 ribu tidak bisa digunakan sebagai modal untuk kembali bekerja.

Risma juga khawatir, BST yang diberikan membuat anak muda produktif itu terus bergantung dengan uang bantuan, sehingga tidak lagi menjadi produktif.

“Kami tahu BST diberikan untuk yang PHK. Tapi kalau kami lakukan yang benar mereka seharusnya (mereka) tak perlu menerima bantuan, tapi kami beri alat produksi supaya mereka dapat bekerja maksimal,” ujar Risma.

“Kalau dapat BST itu hanya 300 ribu. Padahal kalau kita bisa berdayakan energi, mereka bisa kerja maksimal itu mungkin bisa lebih (pendapatannya),” sambung Risma.

Risma pun menyoroti kemiskinan yang terjadi lebih cenderung disebabkan karena budaya, bukan factor riil. Pihaknya pun mengaku telah bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk meneliti itu.

“Mereka menyampaikan bahwa kemiskinan di Indonesia bukan miskin riil. Ada budaya yang melandasinya,” ujar Risma.
Salah satu contoh nyata, kata Risma adalah kemiskinan di masyarakat Indonesia terjadi disebabkan karena ada perbedaan waktu kerja.“Ada salah satu perguruan tinggi meneliti kemiskinan, bagaimana mungkin dia miskin tapi dia bekerja mulai jam 7 pagi-10 pagi, yang mestinya bisa bekerja 8 jam. Bagaimana mereka bisa meningkatkan keuangannya kalau mereka hanya bekerja 2-3 jam sehari,” tutur Risma.Faktor kemiskinan lainnya yakni tidak memiliki alat produksi. Menurut Risma seorang petani misalnya, baru bisa disebut petani jika dia memiliki sawah. Namun kebanyakan petani di Indonesia merupakan buruh tani yang menggarap lahan sawah milik orang lain.“Kemudian kemiskinan selanjutnya karena tidak punya alat produksi, petani tidak punya sawah, nelayan tidak punya perahu atau perahunya sangat kecil sehingga tangkapannya tidak maksimal,” ujarnya.Risma mengaku pihaknya sedang memaksimalkan program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat untuk bekerja. Selain dengan bantuan sosial, pihaknya juga akan membangun akses pekerjaan untuk warga miskin agar pendapatannya meningkat.“Ini yang menjadi sorotan kami bagaimana pengentasan kemiskinan. Jadi bukan hanya melihat data secara fisik, tapi juga akan kita analisa bagaimana dia menjadi miskin dan kita bantu untuk meningkatkan pendapatannya,” pungkas Risma. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli FahmiSumber: CNNIndonesia.com

Baca Juga

Komentar